Rabu, 22 Februari 2012

Sajak Bagi Kawah Yang Aku Lukai

Aku masih mampu mencintaimu, dalam rumput sajak yang hijau. Yang lembut dan bising suara tawa; menenangkan asa. Meniup angin syahdu dengan gemulai, siapa tak akan terbelai? Gundukan bahagia, menghidupkan keriangan, dalam kawah yang terkesima akan luka. Aku masih bisa mencintaimu, sebenarnya. Namun, ternyata aku tak mampu.

Aku telah melukaimu, ternyata, dengan hitam yang naik pitam. Yang tertiup beliung, hingga burung pulang merenung. Merusak pepohonan senyum yang bibirnya melengkung kebawah. Tak pernah seindah itu, sebelum aku melukainya. Membunuh indah, dalam dekapan kenangan; kemarin dan sebelumnya. Menarik tuas kemudi hingga sepi datang kembali, enggan menepi.

Aku tak mampu mencintaimu, dengan luka yang kubawa bersama duri mawar. Dalam seperempat hari yang indah, aku dan kamu menertawai diri kita masing-masing, aku merusaknya. Dengan hujan murung yang terkurung mendung; berdiri dibawahnya. Aku awan, yang menurunkannya. Membasuh keriangan, membanjiri kawah itu, dengan luka yang baru.