Selasa, 21 Februari 2012

Lantunan Maaf, Dalam Dekapan Kata.

Saya, telah melakukan satu kesalahan yang fatal, setidaknya bagi diri saya sendiri. Ya, mungkin dia akan menganggap saya sebagai orang yang jahat. Kenapa? Seperti orang yang menerbangkan layangan, pertama-tama ia menerbangkan layangannya ke atas langit, kemudian, ada kalanya layangan itu putus dan terbang terjatuh, ada pula kalanya dimana layangan itu diturunkan kembali; ketika hujan, misalnya. Dalam hal ini, saya menjadi penerbang layangan itu, menerbangkannya keatas langit harap, dan menurunkannya kembali tanpa alasan. Meminjam alasan anak muda sekarang, mungkin saya bisa dibilang pemberi harapan palsu. Namun dibalik semua itu, saya memiliki alasan yang kuat untuk menurunkan layangan itu. Meskipun, caranya tidak ia sukai.
Setiap orang pasti memiliki caranya masing-masing untuk menyelesaikan sebuah masalah, dan ini cara saya, meskipun terkesan jahat, namun sekali lagi, ini cara saya. Saya meminta maaf jika memang ini menyakitkan bagimu, jujur, saya pun tidak tega melihat kamu seperti ini. Kesannya, saya menerbangkanmu, kemudian membiarkanmu jatuh dengan sendirinya. Namun bukan itu maksudku, saya hanya, merasa tak mampu untuk terbang mendampingimu di atas sana. Memang saya belum mencoba, tapi membayangkannya saja, saya tak mampu.
Maafkan saya, jika akhir-akhir ini saya memberimu perhatian yang berlebih, entah itu melalui surat-surat atau e-mail yang aku kiri, semua sms atau apapun, aku hanya merasa senang membahagiakanmu, jujur saja. Namun, aku terlalu lemah untuk meneruskannya. Kamu bisa lebih bahagia dengan orang yang lebih dariku. Tidak membiarkanmu seperti layangan, namun dia bisa menemanimu terbang hingga ke langit yang paling tinggi, yang mana saya tak pernah bisa jika bersamamu. Beribu maaf saya lantunkan lewat dekapan kata ini, yang suatu saat saya akan mengucapkannya langsung kepadamu, suatu saat.